satu rahasia
ada satu hal ingin disampaikan
sesendok makanan menyelinap, mengendap-endap
ke dalam mulutmu.
sesuatu yang sejak lama disembunyikan dari hidungmu
entah kenapa
mungkin tak suka hidungmu tahu
kalau dia selalu menyukai satu tarikan senyum
dan diam-diam sering mencuri cium bibirmu
saat kau mengunyahnya.
mungkin tak ingin hidungmu mencium
bau tubuhnya yang menggelitik
membuat bersin dan berair saat dia dalam penggorengan.
mungkin juga terlalu pemalu sehingga
hanya mulutmu saja yang boleh mengenalnya
ah, entahlah.
dengan tergesa melumatkan diri di antara geligi
berusaha memeluk erat selama mungkin,
demi membisikkan satu rasa, saat lidah mempermainkannya.
agar mulutmu selalu ingat dan mengenang
ketika dia telah tenggelam kedalam kerongkongan.
memang
“mulut bukanlah tempat yang tepat
untuk menyimpan sesuatu” katamu.
karena tak lama mulutmu berbisik
membuat hidungmu tersenyum-senyum
lalu tertawa terpingkal-pingkal sambil sesekali bersin.
padahal jauh di dalam lambung, sesendok makanan itu
selalu berdoa agar disimpan dalam-dalam
dan tak pernah dibicarakan.
telur mata sapi
untuk kesekian kali kulkas itu
mendapati telur-telur mimpi
tergeletak begitu saja ketika senja
tiba
entah terjatuh dari mata hari saat
melintas tadi
atau terjatuh dari pantat ayam yang
suka bikin gaduh pagi.
ah, entahlah.
dan sekian kali kulkas itu mengerami,
mendekap semalaman begitu erat
menjaganya dari gelap yang suka
bersiasat
mencuri telur mimpi saat ia lelap.
menjaganya dari satu ekor sapi yang sering
lepas dari freezer
lalu diam-diam mengawasi
setiap merumput di antara kembang
kol dan sawi.
namun sekian kali pula di setiap
bangun pagi
didapatinya telur mimpi itu telah
menetas
dalam penggorengan, terlalu matang
sementara ekor sapi meraba-raba
dalam gelap
mencari sepasang matanya yang telah
lenyap.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar