puisi ini dimuat majalah Atas Angin september-oktober 2012












cinta secangkir kopi

kita dipertemukan dan jatuh cinta
pada aroma kepulan uap panas secangkir kopi
lalu sepakat nikmati bersama walau sesekali silang pendapat
tentang takaran kopi, gula dan air yang tepat
juga perlukah tambahan creamer, coklat, jahe atau susu
untuk mendapat sensasi rasa baru
tapi selalu nikmati cangkir yang sama
dan tak pernah berdebat tentang cangkir yang mana

bagaimana pun rasanya
nikmati saja sambil menyeduh pagi
bersama kabut, embun, burung atau sapaan mentari
nikmati sambil melukis senja kita di atas permukaannya
atau menghitung butiran gula yang tak sanggup pudarkan kelamnya
lalu kau pun bercerita kisah cinta secangkir kopi dan sebatang rokok
betapa mesra cumbuan setiap kepulan uap dan asap
tinggalkan jelaga kenangan pada sepotong asbak

entah kenapa di suatu senja
di cangkir kita hanya tertinggal sepenggal ampas
rasa getir yang tetap kutelan walau sesakkan napas
sambil memandangmu sibuk kumpulkan asap dan jelaga
dari sebatang rokok dengan olesan ampas kopi di punggungnya
kau bakar, tanpa sisa

bogor160112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar